INFLASI DALAM PERSPEKTIF EKONOMI ISLAM
Ekonomi Islam merupakan ikhtiar pencarian sistem ekonomi yang lebih baik
setelah ekonomi kapitalis gagal total. Bisa dibayangkan betapa tidak adilnya,
betapa pincangnya akibat sistem kapitalis yang berlaku sekarang ini, yang kaya
semakin kaya dan yang miskin semakin miskin. Selain itu, dalam pelaksanaannya,
ekonomi kapitalis banyak menimbulkan permasalahn. Pertama, ketidakadilan dalam berbagai macam kegiatan yang tercermin
dalam ketidakmerataan pembagian pendaoatan masyarakat. Kedua, ketidakstabilan dari sistem ekonomi yang ada saat ini
menimbulkan berbagai gejolak dalam kegiiatannya.
Dalam ekonomi Islam tidak dikenal dengan inflasi, karena mata uang yang
dipakai adalah dinar dan dirham, yang mana mempunyai nilai yang stabil dan
dibenarkan oleh Islam-namun dinar dan dirham di sini adalah dalam artian yang
sebenarnya yaitu yang dalam bentuk emas maupun perak bukan dinar-dirham yang
sekedar nama. Adiwarman Karim mengatakan bahwa Syeikh An-Nabahani (2001 : 147)
memberikan beberapa alasan mengapat mata uang yang sesuai itu adalah dengan
menggunakan emas. Ketika Islam melarang praktik penimbunan harta, Islam hanya
mengkhususkan larangan tersebut untuk emas dan perak. Padahal harta itu
mencakup semua barang yang bisa dijadikan kekayaan.
1.
Islam telah mengaitkan emas dan perak dengan
hukum yang baku dan tidak berubah-ubah, ketika Islam mewajibkan diyat, maka
yang dijadikan sebagai ukurannya adalah dalam bentuk emas.
2.
Rasulullah SAW telah menetapkan emas dan perak
sebagai mata uang dan beliau menjadikan hanya emas dan perak sebagai standar
uang.
3.
Ketika Allah SWT mewajibkan zakat uang, Allah
telah mewajibkan zakat tersebut dengan nisab emas dan perak.
4.
Hukum-hukum tentang pertukaran mata uang yang
terjadi dalam transaksi uang hanya dilakukan dengan emas dan perak, begitupun
dengan transaksi lainnya hanya dinyatakan dengan emas dan perak.
Penurunan nilai dinar
atau dirham memang masih mungkin terjadi, yaitu ketika nilai emas yang menopang
nilai nominal dinar itu mengalami penurunan. Diantaranya akibat ditemukannya
emas dalam jumlah yang besar di suatu negara, tapi keadaan ini kecil sekali
kemungkinannya. Atau kondisi terjadinya defisit anggaran pada pemerintahan
Islam. Kondisi defisit anggaran pernah terjadi pada zaman Rasulullah dan ini
hanya terjadi satu kali yaitu sebelum perang Hunain.
Menurut para ekonom
Islam, inflasi berakibat sangat buruk bagi perekonomian negara, karena :
1.
Menimbulkan gangguan terhadap fungsi uang,
terutama terhadap fungsi tabungan (nilai simpan), fungsi dari pembayaran di
muka, dan fungsi dari unit penghitungan. Orang harus melepaskan diri dari uang
dan aset keuangan akibat dari beban inflasi tersebut. Inflasi juga telah
mengakibatkan terjadinya inflasi kembali, atau dengan kata lain “self feeding inflation”
2.
Melemahkan semangat menabung dan sikap terhadap
menabung dari masyarakat ( turunnya marginal
propensity to save). Hal ini berakibat pada menurunnya dana pembiayaan yang
akan disalurkan.
3.
Meningkatkan kecenderungan untuk berbelanja
terutama pembelanjaan untuk barang-barang non-primer dan barang-barang mmewah (
naiknya marginal propensity to consume ).
4.
Mengarahkan inestasi pada hal-hal yang
non-produktif yaitu penumpukan kekayaan (hoarding)
seperti pada aset property yaitu tanah dan bangunan, logam mulia, mata uang
asing dengan mengorbankan inestasi ke arah produktif seperti pertanian,
industrial, perdagangan, transportasi, dan lainnya.
Ekonom Islam Taqyudin
Ahmad iibn al-Maqrizi 91364 M – 1441 M ), yang merupakan salah satu murid dari
Ibn Khaldun, menggolongkan inflasi dalam dua golongan, yaitu :
1. Natural
Inflation
Sesuai
dengan namanya, inflasi jenis ini diakibatkan oleh sebab-sebab alamiah di mana
orang tidak mempunyai kendali atasnya ( dalam hal mencegah ). Ibn Al-Marizi
mengatakan bahwa inflasi ini adalah inflasi yang diakibatkan oleh turunnya Penawaran
Agregatif (AS) atau naiknya Permintaan Agregatif (AD). Maka natural inflation akan dapat dibedakan
berdasarkan penyebabnya menjadi dua golongan yaitu sebagai berikut :
a.
Akibat uang yang masuk dari luar negeri terlalu
banyak, dimana ekspor naik sedangkan impor turun sehingga nilai ekspor bersih
sangat besar, maka mengakibatkan naiknya
Permintaan Agregat (AD). Hal ini pernah terjadi pada masa pemerintahan kahlifah
Umar ibn Khattab r.a. pada masa itu kafilah pedagang yang menjual barangnya
dari luarr negeri membeli barang-barang yang mereka jual (positie net exsport). Adanya positie
net exsport akan menjadikan keuntungan, keuntungan yang berupa kelebihan
uang tersebut akan dibawa masuk ke Madinah sehingga pendapatan dan daya beli
masyarakat akan naik. Naiknya Permintaan Agregatif, atau grafik dilukiskan
sebagai kura AD yang bergeser ke kanan, akan mengakibatkan naiknya tingkat
harga secara keseluruhan.
Apa yang dilakukan oleh khalifah Umar
bin Khattab r.a untuk mengatasi permasalahn tersebut? Beliau melarang penduduk
Madinah untuk membeli barag-barang atau komoditi selama 2 hari berturut-turut.
Akibatnya adalah turunnya Permintaan Agregatif (AD) dalam perekonomian setelah
pelarangan tersebut maka tingkat harga kembali normal.
b.
Akibat dari turunnya tingkat produksi (Agregatif Supply [AS] karena terjadinya
paceklik, perang, ataupun embargo dan boikot. Hal ini pernah terjadi pula pada
masa pemerintahan khalifah Umar bin Khattab yaitu pada saat paceklik yang
mengakibatkan kelangkaan gandum, atau dapat digambarkan pada grafik kura AS bergeser ke kiri, yang
kemudian mengakibatkan naikn tingkat harga-harga.
Apa yang dilakukan oleh khalifah Umar
bin khattab r.a terhadap permasalahan ini? Beliau melakukan impor gandum dari
Fustat – Mesir sehingga penawaran agregatif (AS) barang di pasar kembali naik
yang kemudian berakibat pada turunnya tingkat harga-harga.
Jadi inflasi yang
terjadi karena sebab-sebab yang alamiah, atau murni karena tarikan permintaan
dan penawaran, maka pemerintah tdak perlu khawatir. Karena solusi yang dapat
dilakukan adalah dengan menstabilkan baik permintaan agregat maupun penawaran
agregat pada kondisi semula sebelum terjadinya kenaikan harga atau inflasi.
2. Human
Error Inflation
Selain dari
penyebab-penyebab yang dimaksud pada natural
inflation, maka inflasi-inflasi yang disebabkan oleh hal-hal lainnya dapat
digolongkan sebagai human error inflation
atau
false inflation. Human error inflation dikatakan sebagai inflasi
yang disebabkan oleh kesalahan-kesalahan dari manusia itu sendiri. Human error inflation dapat
dikelompokkan menurut penyebab-penyebabnya sebagai berikut :
a.
Korupsi dan administrasi yang buruk
Korupsi akan menaikan tingkat harga,
karena produsen harus menaikkan harga jual pada produksinya untuk menutupi
biaya-biaya “siluman” yang telah mereka bayarkan. Birokrasi perijinan yang
berbelit-belit, dimana hanya untuk pengurusan suatu ijin harus melalui beberapa
instansi, hal ini tentu akan menambah biaya produksi dari produsen dan
berakibat pada kenaikan harga. Hal yang harus dilakukan oleh pemerintah adalah
dengan menghilangkan korupsi dan melakukan reformasi birokrasi.
Jika menggunakan pendekatan kepada
permintaan agregat (AD) dan penawaran agregat (AS), maka korupsi dan
administrasi yang buruk akan menyebabkan kontraksi pada kurva penawaran
agregat, yang menyebabkan terjadinya kenaikan harga. Selain menyebabkan
inefisiensi alokasi sumber daya dan ekonomi biaya tinggi, korupsi dan
administrasi yang buruk akan dapat menyebabkan perekonomian terpuruk.
b.
Pajak yang berlebihan (excessie tax).
Efek yang ditimbulkan oleh pengenaan
pajak yang berlebihan pada perekonomian akan memberikan pengaruh yang sama
dengan pengaruh yang ditimbulkan oleh korupsi dan adminstrasi yang buruk yaitu
bterjadinya kontraksi pada kurva penawaran agregat. Jika dilihat lebih lanjut,
pajak yang berlebihan mengakibatkan pada effeciency
atau loss dead weight loss. Ini termasuk
masalah pula dalam perekonomian di Indonesia, terutama pasca penerapan ekonomi
daerah, dimana setiap daerah memiliki kebijakan tersendiri dalam menggali
sektor-sektor ysng dapat dijadikan sebagai obyek untuk meningkatkan pendapatan
asli daerah.
c.
Pencetakan uang dengan maksud menarik keuntungan
yang berlebihan (excessive seignorage).
Seignorage
arti tradisonalnya adalah keuntungan dari pencetakan koin yang didapat oleh
percetakannya dimana biassanya percetakan tersebut dimiliki oleh penguasa.
Pencetakan uang yang terlalu berlebihan akan mengakibatkan terlalu banyak
jumlah uuang beredar di masyarakat, hal ini berimplikasi pada penurunan nilai
mata uang. Hal ini telah terbukti di Indonesia pada masa pemerintahan Presiden
Soekarno, dimana kebutuhan anggaran pemerintah dibiayai oleh pencetakan uang.
Namun karena berlebihan hal ini menyebabkan terjadinya inflasi.
Sumber : Buku Nur Rianto Al Arif, Teori Makroekonomi Islam;Konsep, Teori, dan
Analisis, (Bandung : Alfabeta, 2010).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar