TEORI KONSUMSI DALAM EKONOMI ISLAM
Menurut Kahf
(1995), Chapra (2002;309), konsumsi agregat merupakan salah satu variabel kunci
dalam ilmu ekonomi konvensional. Konsumsi agregat terdiri dari konsumsi barang
kebutuhan dasar (Cn) serta konsumsi barang mewah (Ci). Barang-barang kebutuhan
dasar (termasuk untuk keperluan hidup dan kenyamanan) dapat didefinisikan
sebagai barang dan jasa yang mampu memenuhi suatu kebutuhan atau mengurangi
kesulitan hidup sehingga memberikan perbedaan yang riil dalam kehidupan
konsumen. Barang-barang mewah sendiri dapat didefinisikan sebagai semua barang
dan jasa yang diinginkan baik untuk kebanggaan diri maupun untuk sesuatu yang
sebenarnya tidak memberikan perubahan berarti bagi kehidupan konsumen.
Lebih lanjut
Chapra (2002;309) mengatakan bahwa konsumsi agregat yang sama mungkin memiliki
porsi barang kebutuhan dasar dan barang mewah yang berbeda ( C = Cn + Ci ) dan
tercapai tidaknya pemenuhan suatu kebutuhan tidak tergantung kepada proporsi
sumber daya yang dialokasikan kepada masing-masing konsumsi ini. Semakin banyak
sumber daya masyarakat yang digunakan untuk konsumsi dan produksi barang dan
jasa mewah (Ci), semakin sedikit suumber daya yang tersedia untuk pemenuhan
kebutuhan dasar (Cn). Dengan demikian, meski terjadi peningkatan pada konsumsi
agregat, ada kemugkinan bahwa kehidupan masyarakat tidak menjadi lebih baik
dilihat dari tingkat pemenuhan dasar penduduk miskin (Cn), jika semua
peningkatan yang terjadi pada konsumsi tersebut lari ke penduduk kaya untuk
pemenuhan kebutuhan barang-barang mewah (Ci).
Fungsi konsumsi
di dalam ilmu makroekonomi konvensional tidak memperhitungkan komponen-komponen
konsumsi agrega ini (Cn dan Ci). Yang lebih banyak dibicarakan dalam ilmu
makroekonomi konvensional terutama mengenai pengaruh dari tingkat harga dan
pendapatan terhadap konsumsi. Hal ini dapat memperburuk analisis, karena saat
tingkat harga dan pendapatan benar-benar memainkan peran yang subsstansial
dalam menentukan konsumsi bagregat (C), ada sejumlah faktor moral, sosial, politik,
ekonomi, dan sejarah yang memengaruhi pengalokasiannya pada masing-masing
komponen konsumsi (Cn dan Ci). Dengan demikian, faktor-faktor nilai dan
kelembagaan serta preferensi, distribusi pendapatan dan kekayaan, perkembangan
sejarah, serta kebijakan-kebijakan pemerintah tentunya tak dapat diabaikan
dalam analisis ekonomi.
Sejumlah ekonom
Muslim diantaranya adalah Zarqa (1980
dan 1982), Monzer Kahf (1978 dan 1980), M.M Metwally (1981), Fahim Khan (1988),
M.A Manan (1986), M.A Choudhury (1986), Munawar Iqbal (1986), Bnedjilali dan
Al-Zamil (1993) dan Ausaf Ahmad(1992) telah berusaha memformulasikan fungsi
konsumsi yang mencerminkan faktr-faktor tambahan ini meski tidak seluruhnya.
Mereka beranggapan bahwa tingkat harga saja tidaklah cukup untuk mengurangi
konsumsi barang mewah (Ci) yang dilakukan oleh orang-orang kaya. Diperlukan
cara untuk mengubah sikap, selera dan preferensi, memberikan motivasi yang
tepat, serta menciptakan lingkungan sosial yang memandang buruk konsumsi
seperti itu (Ci). Disamping itu perlu pula menyediakan sumber daya bagi
penduduk miskin guna meningkatkan daya beli atas barang-barang dan jasa-jasa
yang terkait dengan kebutuhan dasar (Cn). Hal inilah yang coba dipenuhi oleh
paradigma religius, khususnya islam, dengan menekankan perubahan individu dan
sosial melalui reformasi moral dan kelembagaan (dalam Chapra, 2002;310)
Norma konsumsi
Islam mungkin dapat membantu memberikan orientasi preferensi individual yang
menentang konsumsi barang-barang mewah (Ci) dan bersama dengan jaring pengaman
sosial, zakat serta pengeluaran-pengeluaran untuk amal mempengaruhi alokasi
dari sumber daya yang dapat meningkatkan tingkat konsumsi pada komponen barang
kebutuhan dasar (Cn). Produsen kemudian mungkin akan merespon permintaan ini
sehingga volume investasi yang lebih besar dialihkan kepada produksi
barang-barang yang terkait dengan kebutuhan dasar (Cn).
Sumber : Buku
Eko suprayitno, Ekonomi Islam Pendekatan
Ekonomi Makro Islam dan Konvensional, ( yogyakarta : Graha Ilmu, 2005 ).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar